Senin, 04 Februari 2013

"Ngulur Naga"



Acara "Ngulur Naga" merupakan upacara adat dengan menaikkan sepasang replika naga ke kapal dan membawanya ke Kutai Lama, Kecamatan Anggana, untuk dilarung.
Setelah proses "Ngulur Naga" lalu dilanjutkan dengan "belimbur" yakni saling menyiramkan air, yang biasanya ditunggu-tunggu warga. Makna dari Berlimbur adalah untuk menyucikan diri dari pengaruh-pengaruh jahat.
Haryanto Bachroel yang bergelar HAP Gondo Prawiro itu meminta masyarakat agar mematuhi adab "belimbur". "’Belimbur’ harus dengan air bersih, tidak boleh sampai menyakiti orang yang disiram, dan selalu jaga ketertiban, serta yang paling utama adalah taati waktu belimbur, jangan mendahului Sultan," ujar Haryanto yang juga Sekretaris Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara itu.
Ia menambahkan, "belimbur" baru bisa dilakukan setelah Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura HAM Salehuddin II turun ke Rangga Titi (semacam balai bambu kuning.red) yang diletakkan di tepian Sungai Mahakam depan Museum Mulawarman untuk membasahi diri dengan air yang diambil dari Kutai lama (air Tuli).
Setelah itu, Sultan memercikkan air tuli, yang berarti dimulainya acara belimbur yakni saling menyiramkan air dan acara ini sampai meluas ke seluruh kota yang merupakan adat leluhur.
"Jadi saya tegaskan belimbur harus didahului Sultan kemudian baru boleh diikuti masyarakat, jangan sampai masyarakat mendahului," tegasnya.
Ia mengatakan, makna belimbur adalah untuk menyucikan diri dari pengaruh pengaruh jahat agar kembali suci dan bersih serta menambah semangat untuk membangun daerah. "Demikian pula terhadap bumi dan sekitarnya agar bersih dari perbuatan jahat serta dihindari segala marabahaya," ujarnya.
 
Sumber :
ANT
Editor :
Jodhi Yudono
SUMBER :http://oase.kompas.com/read/2012/07/07/1207200/.Ngulur.Naga.Jadi.Puncak.Festival.Erau

0 komentar:

Posting Komentar